Thursday, January 20, 2011

DUA PULUH LIMA

Bisakah kau taruh gelas minumanmu sejenak
Tinggalkan kursimu
Duduklah disini

Kau pasti mengerti
Bahkan lebih dari itu
Bukan sifatku menjadi orang yang selalu ingin tahu
Terlebih kau selalu berhasil membodohiku
Menutupi cemasmu dengan sebuah senyum seindah kupu-kupu

Tapi kali ini kau kalah
Ada sesuatu yang tak ingin kau ceritakan kepadaku
Aku bisa melihatnya dari tatapanmu yang membiru bersamaan dengan kupu-kupu itu beranjak malu meninggalkan sarangnya di teduh lengkung alismu

Katakan kepadaku
Kenapa harus menunggu malam ketika petang membuatmu nyaman
Kenapa harus tertawa enggan ketika tangis membuatmu tenang

Sedikitpun mereka tak akan pernah mengerti apa yang ada di mimpiku malam tadi
Rusa-rusa pincang itu
Gaun merah di tengah padang ilalang yang kau tangisi sepanjang malam karena ia tak pernah sedikitpun berbohong
Atau kenapa pagi tak kunjung datang hanya karena kau merasa tak pantas memeluknya

Bukankah kita tak membutuhkan kata-kata ketika sunyi adalah sempurna
Apakah kau lupa sekotak luka tak ada artinya selama kita bertuhankan senja

Duduklah disini
Karena sekali lagi aku adalah semua yang tak pernah kau lewati

No comments:

Post a Comment