Thursday, January 20, 2011

DUA PULUH EMPAT

Mimpi indah
Angin selatan
Ditemani telanjang bulan malam
Nyanyian perempuan kebanyakan

Lampu kota
Luka samar
Menertawakan manusia tak punya hati
Meracau hambar tak ingin didengar

Mereka membusuk pelan tak enak dilihat sambil sibuk menjahit tangannya sendiri selagi kita terus berjalan tak peduli
Dan kau tetap meneriakkan omong kosong logika nurani sementara ruangan ini semakin sesak dipenuhi ratusan kertas berlukiskan bercak emosi

Cukup
Aku mau duniaku sendiri
Tak acuh dengan matahari
Bertuhankan mata hati

No comments:

Post a Comment